Rabu, 13 November 2013

Hikmat

“Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” (1 Raja-raja 3:5). Bagi orang Israel, sebenarnya tidak diperbolehkan untuk mengambil pasangan orang asing, kecuali orang tersebut menjadi proselit (pengikut agama Yahudi), dan rupanya anak Firaun ini, setelah menikah dengan Salomo, menjadi proselit.

Salomo mengawali kehidupannya sebagai raja sesuai dengan nasehat Daud. “Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya; hanya, ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan.” (ayat 3). Dan Tuhan berkenan atas kehidupan Salomo, maka dalam suatu mimpi, Tuhan memberikan kesempatan untuk Salomo mengajukan permintaan kepadaNya. Ini artinya Tuhan siap mengabulkan apa saja yang menjadi permintaan Salomo.


Hikmat
Mendapat kesempatan itu, Salomo meminta hikmat untuk memimpin dan menjadi hakim yang adil bagi orang Israel. Tuhan berkenan atas permintaan tersebut, karena melihatnya muncul dari kerendahan hati Salomo yang sadar akan kekurangan dan kelemahannya sebagai orang muda, serta hati yang mengasihi umat pilihan Tuhan yaitu Israel.

Setelah Tuhan mengaruniakan hikmat kepada Salomo, maka dia menjadi seorang raja yang luar biasa. Dengan hikmatnya dia bisa mengatur Kerajaannya sedemikian rupa, dan menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dalam pemerintahannya.

Bahkan Tuhan berkenan memberikan lebih dari yang diminta oleh Salomo. “Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja. Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu.” (ayat 13-14).

Salomo telah membuat pilihan yang tepat. Dia tidak memilih hal yang fana seperti kekayaan ataupun kepopuleran, tetapi hikmat yang bermanfaat untuk bisa membedakan benar dan salah, berkenan dan yang tidak berkenan kepada Allah, dosa atau kebenaran. Bahkan, sesungguhnya Tuhan memanggil setiap orang untuk hidup dalam hikmat Tuhan, yang dapat menuntun mereka menajdi orang benar di hadapan Tuhan.

Permulaan pengetahuan
Alkitab mengatakan bahwa hikmat yang benar bersumber pada hidup yang takut akan Allah. “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” (Amsal 1:7). Dan jika kita kekurangan hikmat, kita bisa memintanya kepada Tuhan. “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, …maka hal itu akan diberikan kepadanya.” (Yakobus 1:5-6).

Hikmat dari Tuhan, dikatakan dalam Yakobus 3:17, “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”

Perhatikan, kalau kita dipenuhi hikmat Tuhan, maka hidup kita akan menjadi : murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, menghasilkan buah Roh Kudus, tidak memihak / adil, tidak munafik. Kehidupan seperti itulah yang dikehendaki Tuhan ada dalam hidup kita. Marilah kita mengejar hikmat lebih dari segala sesuatu. Rindukanlah untuk hidup berkenan kepada Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan. Itulah yang dikehendaki Yesus seperti yang tertuang dalam Matius 6:33, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Kalau perintah di atas kita lakukan maka kita mendapatkan janjiNya di ayat 34 “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Yang artinya, Tuhan menyertai kita dan akan campur tangan terhadap segala persoalan hidup kita. Seperti Salomo, jikalau hidup kita berkenan kepada Tuhan, maka Tuhan akan berkarya dengan lebih leluasa.

4 komentar: