Perumpamaan Tentang Seorang Penabur
Bacaan Pertama: Kel 16:1-5,9-15; Mazmur Tanggapan: Mzm 78:18-19,23-28
Perumpamaan ini sungguh merupakan sebuah tantangan besar. Sekali sabda Allah ditanam dalam hati kita, kita mempunyai pilihan bagaimana kita akan menanggapi sabda tersebut. Yesus mengajar dengan jelas: Apabila benih gagal berakar dalam diri kita, maka kita tidak akan mampu bertahan ketika menghadapi kesulitan. Tanah yang baik adalah “orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah” (Mat 13:23). Perumpamaan ini menunjukkan bahwa kita dapat memupuk hati kita sehingga, ketika sang penabur menaburkan benihnya ke dalam diri kita, maka kita akan siap untuk menerima benih (sabda/firman) itu dan memahaminya agar dengan demikian dapat berbuah.
Bagaimana kita dapat menjadi tanah yang baik dan subur? Kita dapat mulai dengan memohon kepada Roh Kudus untuk mengisi diri kita dengan suatu hasrat yang tulus akan sabda Allah dan suatu keterbukaan terhadap kuasa sabda Allah itu guna mentransformasikan kita. Kita juga dapat membuat diri kita tersedia bagi Allah sehingga “benih” di dalam diri kita dapat menghasilkan akar yang dalam serta kuat, dan dapat menghasilkan buah secara berlimpah-limpah. Melalui doa-doa harian, bacaan dan studi Kitab Suci serta partisipasi aktif dalam Misa Kudus, kita dapat membawa makanan bagi diri kita secara konstan, menciptakan suatu keadaan di mana benih sabda Allah dapat bertumbuh dan menjadi produktif.
Disamping hati yang baik, jujur dan taat, kita juga membutuhkan kesabaran kalau mau melihat tanaman itu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat. Selagi kita berjalan melalui kehidupan kita ini, pastilah kita mengalami berbagai godaan, masalah dan kesulitan. Barangkali kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit sabda itu sehingga tidak berbuah (Mat 13:22). Namun Allah memerintah dalam hati yang kuat berakar pada sabda-Nya. Allah akan melihat kita melalui waktu-waktu di mana kita tergoda untuk mengambil jalan-mudah, atau ketika kita mengalami distraksi (pelanturan) yang disebabkan oleh berbagai tuntutan atas waktu dan perhatian kita. Yesus, sang Firman/Sabda Allah, akan menjaga hati kita agar tetap lembut dan lunak. Kalau kita menantikan-Nya dengan sabar, maka Dia tidak akan mengecewakan kita.Marilah kita menerima sabda Allah dengan kesabaran dan penuh kepercayaan. Marilah kita minta kepada Roh Kudus untuk menanam sabda-Nya dalam-dalam pada diri kita, sehingga tidak ada yang dapat mencabutnya, apakah Iblis, atau godaan-godaan, atau kekayaan, atau kenikmatan-kenikmatan yang ditawarkan dunia. Baiklah kita memusatkan pikiran dan hati kita pada sabda-Nya, mohon kepada Roh Kudus untuk membawa sabda-Nya itu ke dalam diri kita. Baiklah kita membuat Firman Tuhan sebagai fondasi yang kuat dan kokoh.ci sebagai fondasi kita yang kokoh-kuat
membaca bikin aku mau bertobat
BalasHapusBagus banget!!
BalasHapuswkwkwkkw
BalasHapus